cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005" : 7 Documents clear
PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU BAKTERI NILAM MENGGUNAKAN PSEUDOMONAD FLUORESEN NASRUN NASRUN; CHRISTANTI CHRISTANTI; TRIWIDODO ARWIYANTO; IKA MARISKA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.19-24

Abstract

ABSTRAKPenelitian pengendalian penyakit layu bakteri nilam (Ralstoniasolanacearum) menggunakan pseudomonad fluoresen di kebun petaninilam Desa Situak Pasaman Barat, Sumatera Barat telah dilakukan padabulan Oktober 2003 sampai dengan Juni 2004. Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan pseudomonad fluoresen yang berpotensi untukmengendalikan penyakit layu bakteri, dan meningkatkan pertumbuhandan produksi nilam. Isolat pseudomonad fluoresen Pf 63, Pf 90, Pf 91, Pf147, dan Pf 180 sebagai perlakuan diisolasi dari rizosfer nilam sehat, dandiseleksi  berdasarkan  kemampuan  antagonistik  terhadap  R.solanacearum secara in vitro di Laboratorium Bakteriologi TumbuhanFakultas Pertanian UGM. Isolat pseudomonad fluoresen tersebutdiintroduksikan ke nilam dan diadaptasikan selama 1 minggu sebelumditanam. Tanaman yang telah diperlakukan dengan isolat pseudomonadfluoresen ditanam pada kebun yang telah terinfeksi dengan patogen padabulan Oktober 2003. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok(RAK) dengan 6 ulangan. Parameter pengamatan adalah masa inkubasi,intensitas penyakit, pertumbuhan tanaman dan produksi minyak nilam.Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat pseudomonad fluoresendapat mengendalikan penyakit layu bakteri dengan perpanjangan masainkubasi 6-52 hari dan penekanan intensitas penyakit 31,11 – 50,56%.Disamping itu isolat pseudomonad fluoresen dapat mempengaruhipeningkatan pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman (6,7 – 26,3 cm),jumlah daun (4,6 – 30,1 daun/tanaman) dan berat kering daun (24,5 –154,3 g/tanaman), dan produksi minyak nilam terutama jumlah minyak(4,8 – 22,3 ml/tanaman). Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa isolatPf 91 mempunyai kemampuan antagonistik tertinggi dalam mengen-dalikan penyakit layu bakteri di lapangan.Kata kunci : Nilam, Pogostemon cablin Benth, penyakit layu, bakteri,pengendalian hayati, pseudomonad fluoresenABSTRACTControlling bacterial wilt disease on patchouli plant withfluorescent pseudomonadThe study of controlling bacterial wilt disease on patchouli plant(Ralstonia solanacearum) with fluorescent pseudomonad was carried outin a farmer’s field in Situak Village West Pasaman, West Sumatera fromOctober 2003 to June 2004. The aims of the study were to find out theeffectiveness of fluorescent pseudomonad for controlling bacterial wiltdisease, increasing plant growth and production. Isolates of fluorescentpseudomonad Pf 63, Pf 90, Pf 91, Pf 147 and Pf 180 as treatments wereisolated from the rhizosphere of healthy patchouli plant, and selectedbased on antagonistic activity on R. solanacearum in vitro at theLaboratory of Plant Bacteriology, Faculty of Agriculture, UGM. Theisolates were inoculated on patchouli plant and adapted for one weekbefore planting. The plants treated with fluorescent pseudomonadisolates were planted in the field infected with pathogen on October2003. The experiment was arranged in a randomized block design(RBD) with six replications. The assessment parameters were incubationperiod, disease intensity, plant growth and production of patchouli plants.The results showed that fluorescent pseudomonad isolates could controlthe bacterial wilt disease and delay the incubation period 6-52 days anddecrease the disease intensity 31,11–50,56%. In addition fluorescentpseudomonad isolates could affect the increase of plant growth, i.e. plantheight ( 6,7 – 26,3 cm ), leaf numbers (4,6 – 30,1 leaves/plant) and dryweight of leaves (24,5 – 154,3 g/plant), and plant production, especiallyoil content (4,8 – 22,3 ml/plant). The results of the experiment showedthat Pf 91 isolate had the highest antagonistic activity on controlling thebacterial wilt disease on field.Key words : Patchouli, Pogostemon cablin Benth, wilt disease,bacterial, biological control, fluorescent pseudomonad
HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris hewetti (Dist) (HEMIPTERA : TINGIDAE) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN LADA I WAYAN LABA; A. RAUF; U. KARTOSUWONDO U. KARTOSUWONDO; M. SOEHARDJAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.1-6

Abstract

ABSTRAKKepik renda, Diconocoris hewetti (Dist) (Hemiptera : Tingidae)merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman lada di Indonesia.Hama ini mengisap bunga lada, dan dapat menggagalkan pembuahan.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara kerapatanpopulasi D. hewetti dan kerusakan bunga serta pembentukan buah padaberbagai fase bunga. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dan kebunpercobaan Petaling BPTP Kepulauan Bangka Belitung pada musim hujan(Nopember 2003 – Pebruari 2004). Penelitian rumah kaca menggunakanlada perdu varietas LDL umur ± 1 tahun. Kerapatan populasi nimfa instar5 dan imago masing-masing 0,1 dan 2 per tandan bunga masing-masingpada 3 fase bunga. Periode mengisap bunga selama 24 jam. Rancanganpercobaan yang digunakan adalah acak lengkap dengan pola faktorial dandiulang 5 kali. Percobaan lapangan menggunakan varietas LDL, umur ± 6tahun. Populasi imago 0, 1, 2, 3, dan 4 per 4 tandan bunga masing-masingpada 3 fase bunga. Periode mengisap bunga selama 72 jam. Untuk nimfamenggunakan kerapatan populasi 0, 1, 2, dan 3 per tandan. Pemaparanserangga selama 24 jam. Rancangan percobaan untuk nimfa menggunakanacak kelompok dengan pola faktorial dan diulang 5 kali, sedangkan untukimago juga menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorialdan diulang 6 kali. Parameter yang diamati adalah persentase kerusakanbunga, buah terbentuk, buah yang tidak terbentuk dan kehilangan hasil.Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata antara kerapatanpopulasi kepik renda dengan kerusakan bunga lada dan pembentukanbuah. Pada kerapatan 2 ekor nimfa maupun imago menunjukkankerusakan bunga dan kehilangan hasil yang paling tinggi. Kerusakanbunga dan pembentukan buah akibat serangan imago dan nimfa tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata. Tingkat kerusakan bunga di rumahkaca antara 67,00–87,89%, sedangkan di lapangan antara 61,10–85,30%,disebabkan oleh imago kepik renda, dan 71,00-93,30% oleh nimfa.Kehilangan hasil di rumah kaca antara 55,07–83,04%, sedangkan dilapangan antara 35,30–82,89%, disebabkan oleh imago, sedangkan olehnimfa berkisar antara 73,24–89,05%. Tingkat kerusakan bunga lebih tinggipada fase 1 dan 2 dibandingkan dengan fase 3. Hasil penelitian inimemberikan indikasi bahwa serangan oleh satu ekor nimfa maupun imagokepik renda mengakibatkan kerusakan bunga minimal 61,10% dankehilangan hasil minimal 35,30%.Kata kunci : Lada, Piper nigrum, hama, Diconocoris hewetti, kerusakanbunga, kehilangan hasilABSTRACTRelationship between the population densities of blossomsucking lace bug Diconocoris hewetti (Dist) (Hemiptera;Tingidae) and yield losses on pepper plantationBlossom sucking lace bug, Diconocoris hewetti (Dist) (Hemiptera;Tingidae) is one of the pest insect attacking pepper in Indonesia. This pestinsect sucks pepper blossom liquid and disturb fruit formation. Theobjective of this experiment was to find out the relationship between thepopulation densities of blossom sucking lace bug, D. hewetti and flowerdamage, number of fruits formed and yield losses of pepper at variousflower phases. These studies were conducted in a green house and pepperplantation in the Institute of Assessment Agricultural Technology, BangkaBelitung Island during rainy season (November 2003 to February 2004).The green house research used bushy pepper more or less 1 year old. Thelace bug of the last instar or 5 th instar nymph and adult were used atpopulation density : 0, 1 and 2 insects/bunch in 3 blossom phasesrespectively. Feeding period of lace bug was 24 hours. Design of thisexperiment was completely randomized with factorial design and 5replications. Field study used LDL pepper variety with aged ± 6 years.The population densities of adult lace bug were: 0, 1, 2, 3 and 4 per 4bunches on 3 types of pepper blossom phases respectively. Feeding periodof lace bug was 72 hours. Field study also used last instar nymph withpopulation density : 0, 1, 2 and 3/bunch. Feeding period was 24 hours.Randomized block design with factorial and 5 replications were used oninstar nymph, while on the adult stadium randomized block design withfactorial and 6 replications were also used. The intensity of flowerdamage, fruits formed, fruits unformed and yield losses were counted. Theresult revealed that the number of fruits formed and yield losses weresignificantly different among population density of lace bug. Thepopulation densities of two lace bug caused higher flower damage andyield losses than other population densities. Flowers damage, fruitsformation and yield losses caused by nymph and adult were notsignificantly different. The level of flower damage in green houseobservation was between 67.00 – 87.89%, while in the field was between61.10 – 85.30% caused by adult, and 71.00 – 93.30% caused by nymph.Yield loss of pepper was 55.07 – 83.04% in the green house, while theyield losses in the field was 35.30 – 82.89% due to the attack of adult.Yield loss caused by nymph was 73.24 – 89.05%. The level of flowerdamage on phases 1 and 2 were higher than the flower damage of phase3. This research indicated that the attack of one adult or one nymph oflace bug, D. hewetti caused flower damage minimum 61.10% and yieldloss minimum 35.30%.Key words : Pepper, Piper nigrum, pest insect, Diconocoris hewetti,flower damage, yield loss
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN LAHAN USAHATANI METE DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI AGUS WAHYUDI; SUCI WULANDARI; I KETUT ARDANA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.37-43

Abstract

ABSTRAKLahan usahatani yang sempit merupakan faktor utama penyebabkemiskinan di wilayah pedesaan. Reformasi agraria dengan redistribusilahan sering dianggap sebagai jalan efektif untuk mengatasi kemiskinan.Pengalaman di beberapa negara ternyata tidak selalu demikian. Mengingatbahwa wilayah usahatani mete merupakan wilayah yang memiliki tingkatkemiskinan yang tinggi maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisispola pengaruh penambahan lahan usahatani mete terhadap peningkatanpandapatan petani di dua wilayah dengan kondisi agribisnis yang berbeda.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2002 di Propinsi SulawesiTenggara sebagai salah satu sentra produksi mete yang dapat dijadikangambaran kondisi Indonesia. Kabupaten Buton mewakili kondisi agribisnisyang belum berkembang dan Kendari mewakili yang berkembang (duakabupaten yang terbesar populasi rumah tangga mete). Pengambilancontoh acak sederhana digunakan untuk menarik contoh responden dengansatuan contoh usahatani mete, masing-masing 156 dan 136 untuk Butondan Kendari. Data dianalisis melalui regresi, dengan variabel independenluas lahan usahatani (L) dan variabel dependen pendapatan usahatani (I),diperoleh fungsi derivatifnya terhadap L untuk Buton ∂I B /∂L B  =131.925L B 2 – 502.858L B –510.069 (penambahan pendapatan positif mulai4,6 ha); dan Kendari ∂I K /∂L K = -20.967L K 2 +21.0694L K –113.550 (penam-bahan pendapatan positif mulai 0,6 ha dan cenderung menurun setelah 5ha). Hasil ini menunjukkan bahwa efektifitas penambahan lahan usahataniterhadap pendapatan petani ternyata berbeda pada wilayah yang kondisiagribisnisnya berbeda. Pada wilayah yang belum berkembang (sepertiButon), penambahan lahan kurang efektif dapat meningkatkan pendapatanuntuk melampaui garis kemiskinan, dan penambahan baru efektif lebihbesar dari 5 ha. Sedangkan pada wilayah yang sudah berkembang (sepertiKendari) penambahan lahan sudah efektif dengan penambahan 1,5 ha.Pengembangan agribisnis tersebut antara lain melalui pengembangan polatanam dan industri hilir (pengolahan sederhana) sangat efektif untukmeningkatkan pendapatan petani yang memiliki lahan sempit, danefektifitas ini akan semakin meningkat bila ditunjang dengan peningkatanakses pasar melalui perbaikan infrastruktur.Kata kunci : Mete, Anacardium occidentale L, lahan usahatani, pendapatanpetani, kemiskinan, agribisnisABSTRACTEffectiveness of farm land addition to additional incomeSmall farm is the main factor that causes poverty incidence in ruralarea. Land reform through land redistribution is often taken for granted asan effective way to alleviate poverty. However, experiences in somecountries do not always prove it. Since cashew farm areas generallycoincide with high poverty incidence, hence this research aimed to analyzeeffectiveness of farm land addition to the additional income in two areaswith different condition of agribusiness. The District of Buton is asrepresentative of underdeveloped agribusiness and Kendari Districtrepresents the developed one, both districts have the largest cashewpopulation in the Province of Southeast Sulawesi, as one of the maincashew area in Indonesia. Data were collected in June-July 2002. Thesimple random sampling was used to determine respondents and cashewfarm as unit of sample, and the sample size was 156 and 136 unitsrespectively for Buton and Kendari. Data were analyzed with regressionanalysis, where cashew farm land size (L) was used as independentvariable and farmer’s income (I) as dependent variable. The derivativefunction to L obtained is ∂I B /∂L B = 131.925L B 2 –502.858L B –510.069(Buton) (additional income will be positive, larger than 4.6 ha); and∂I K /∂L K = -20.967L K 2 +21.0694L K –113.550 (Kendari) (additional incomewill be positive, larger than 0.6 ha). The result showed that theeffectiveness of land addition to increase farmer’s income was proveddifferent in different agribusiness conditions. In underdeveloped area (likeButon), the land addition was less effective to increase income over thepoverty line and it would be effective if the addition was larger than 5 ha.While in developed area (like Kendari), the addition of land was effectiveby adding 1.5 ha. Developing agribusiness condition could be conductedby developing cropping system and forwarding home industry(processing). The development will be more effective if it is supported byimproving market access through improvement of infrastructure.Key words : Cashew, Anacardium occidentale L, farm land, farmer’sincome, poverty, agribusiness
POLA PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N, P, K TANAMAN BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) ROSITA SMD; MONO RAHARDJO; KOSASIH KOSASIH
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.32-36

Abstract

ABSTRAKKomoditas bangle belum banyak diteliti termasuk masalahteknologi budidayanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari polapertumbuhan dan serapan hara N, P dan K sebagai petunjuk untukpengelolaan kebutuhan hara khususnya N, P, dan K pada budidaya bangle.Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Bogor pada bulan Mei 2001sampai Maret 2002. Jenis tanah Latosol dengan ketinggian tempat 250 mdi atas permukaan laut (dpl). Bahan tanaman yang digunakan adalahaksesi unggulan diperoleh dari Jawa Tengah. Pupuk dasar yang digunakanadalah urea 250 kg/ha, SP36 250 kg/ha dan KCl 250 kg/ha serta 20 ton/hapupuk kandang. Ukuran petak 6 x 1,5 m, jarak tanam 50 x 40 cm.Pengamatan pola pertumbuhan dan serapan hara dilakukan pada beberapatingkat umur panen (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 bulan setelah tanam).Setiap pengamatan terdiri atas 6 contoh tanaman. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pola pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan,jumlah daun, jumlah akar, bobot kering tanaman) semakin meningkatdengan bertambahnya umur tanaman. Produksi minyak atsiri bangle padaumur 10 bulan setelah tanam mencapai 12.10 ml per tanaman. Untukmenghasilkan biomas sebanyak 701,0 g per tanaman dengan hasilsimplisia kering 417,97 g per tanaman, diperlukan serapan hara sebanyak8,48 g N, 1,72 g P, dan 4,02 g K per tanaman. Hara N, P dan Kterakumulasi lebih besar pada rimpang dibandingkan dengan tajuk danakar.Kata kunci : Bangle, Zingiber purpureum Roxb, pola pertumbuhan, lajupertumbuhan, hara tanamanABSTRACTGrowth pattern and nutrient uptake of N, P and K onpurple ginger (Zingiber purpureum Roxb)One of the problems in cultivation of purple ginger (Zingiberpurpureum Roxb) is limited cultivation technology. Therefore, the studyon its growth pattern and nutrient uptake of N, P, and K is very importantto support its cultivation technology. The objective of the research was tofind out data of growth pattern, growth rate, nutrient uptake, and simplisiaquality. Field trial was conducted in farmers land in Bogor from May 2001to March 2002. The soil is latosol and the altitude is 250 m asl. Plot sizewas 6 x 1,5m, and plant spacing was 50 x 40 cm. Observation on thegrowth pattern and nutrient uptake were carried out at different ages of : 2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and 10 months after planting. Six samples were taken atevery growth stage of the plant. The results showed that the growth rateand the nutrient uptake of N, P, and K linearly increased, in line with theincrease of plant ages. Yield of essential oil at 10 MAP was 12.10 ml/plant. The amount of dry weight accumulation was 701.0 g/plant, to produce417.97 g simplisia/plant needed nutrient uptake of N, P and K, respectivelywas 8.48, 1.72 and 4.02 g/plant.Key words : Purple ginger, Zingiber purpureum Roxb, growth pattern,growth rate, plant nutrient
KAJIAN USAHATANI AKAR WANGI RAKYAT BERWAWASAN KONSERVASI DI KABUPATEN GARUT SABARMAN DAMANIK
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.25-31

Abstract

ABSTRAKPenelitian usahatani akar wangi (Vetiver zizanoides Stapt) dilakukandari bulan Nopember 2003 sampai Oktober 2004 di Kecamatan Samarang,Kabupaten Garut, Jawa Barat. Data aspek sosial ekonomi diambil dari 120petani akar wangi dan 22 pabrik penyuling akar wangi. Percobaanlapangan dilaksanakan lahan pada seluas 3 hektar. Metode penelitian yangdigunakan yaitu rancangan acak kelompok dengan 3 pola tanam dan 2ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah pola tanam petani, pola tanamintroduksi dan pola tanam konservasi. Parameter yang diamati adalah beratakar, kadar minyak, tingkat erosi, tingkat produktivitas dan kelayakanekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga pola yangditeliti ternyata pola konservasi mempunyai berat akar yang lebih tinggiyaitu 0,74 kg, sedangkan pola petani 0,60 kg dan pola introduksi 0,50 kg.Hasil analisis kadar minyak ketiga pola menunjukkan bahwa kadar minyakpola konservasi dan pola petani tidak berbeda nyata yaitu 2,60% dan2,25%, sedangkan pola introduksi hanya 1,25%. Dari kedua parameter diatas (berat akar dan kadar minyak) dapat disimpulkan bahwa polakonservasi lebih baik dibandingkan dengan pola lainnya. Tingkat erosiyang terjadi di pertanaman akar wangi adalah: (a) pola petani 26,20 ton/ha,(b) pola introduksi 19,40 ton/ha, dan (c) pola konservasi 17,80 ton/ha.Hasil pengukuran tingkat erosi ini diamati selama 6 (enam) bulan dankondisi di atas masuk kategori tingkat bahaya erosi (TBE), klasifikasisedang (30 sampai 60 ton/ha/tahun). Tingkat produktivitas yang dicapaidari ketiga pola usahatani tersebut yaitu (a) pola petani sebesar 16.000 kg/ha/tahun, (b) pola introduksi 15.000kg/ha/tahun, dan (c) pola konservasi18.000kg/ha/tahun. Dari ketiga pola tersebut yang tertinggi adalah polakonservasi, tetapi analisis kelayakan ekonomi pada ketiga pola adalah :Pola konservasi : B/C ratio 3,26, NPV Rp 7.852.000, dan IRR 18,75%;Pola introduksi : B/C ratio 2,03, NPV Rp 5.089.000, dan IRR 18,75%;Pola petani : B/C ratio 3,60, NPV Rp7.130.000, dan IRR 18,50%.Kata kunci : Akar wangi, Vetiver zizanoides Stapt, usahatani, konservasi,erosi, produksi, kadar minyak, Jawa BaratABSTRACTStudy on vetiver farming system in Garut DistrictThe study of Vetiver (Vetiver zizanoides Stapt) farming system wasconducted from November 2003 to October 2004 in Samarang, SubDistrict, Garut, West Java. The primary data were collected through theinterview of 120 vetiver farmers and 22 vetiver oil processors, and from 3hectars field trial. The study used a randomized block design with 3cropping patterns and two replications. Parameters observed were rootweight, oil content, erosion level, productivity level, and economicfeasibility. The research result indicated that conservation patternproduced the higher root weight, conservation pattern 0.74 kg, farmer0.60 kg and introduction pattern 0.50 kg. Result of oil analysis were the oilcontent of conservation and farmer patterns were not significantlydifferent, namely 2.60% and 2.25%, while the introduction pattern wasonly 1.25%. From the two parameters (root weight and oil content), it wasindicated that the conservation pattern was better. The erosion level onvetiver farms at farmer, introduction and conservation patterns were 26.20ton/ha, 19.40 ton/ha and 17.80 ton/ha, respectively. The erosion levelabove was classified as TBE, while moderate level (30 – 60 ton/ha/year).The productivity levels at farmer, introduction and conservation patternswere 16,000 kg/ha/year, 15,000 kg/ha/year and 18,000 kg/ha/year,respectively. It was clear that conservation pattern gave the highestproductivity, but the result of economic feasibility study showed :Conservation pattern : B/C ratio 3.26, NPV Rp. 7,852,000 and IRR18.75%; Introduction pattern : B/C ratio 2.03, NPV Rp. 5,089,000, andIRR 18.75%; Farmer pattern : B/C ratio 3.60, NPV Rp. 7,130,000 and IRR18.50%.Key words : Vetiver,  Vetiver  zizanoides  Stapt,  farming  system,conservation, erosion, production, oil content, West Java
PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA, PUCUK DAN PENGHENTIAN PENAMBAHAN CAHAYA PADA TANAMAN MENTHA (Mentha piperita L.) ROSIHAN ROSMAN; SRI SETYATI HARJAD; SUGENG SUDIATSO; SUDIRMAN YAHYA; BAMBANG SAPTA PURWOKO; CHAIRUL CHAIRUL
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.7-12

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan mengkaji pengaruh pemotongan bunga, pucukdan penghentian pencahayaan pada tanaman M. piperita L. Penelitiandilakukan di Instalasi Penelitian Lembang, Balai Penelitian TanamanRempah dan Obat, Jawa Barat, dari bulan Januari sampai Juli 2000, dalamdua tahap : tahap pertama membuat variasi lingkungan cahaya dan habitustanaman, dan tahap kedua penyulingan dan analisis komponen minyakdengan kromatografi gas spektrometer massa. Penelitian menggunakantanaman yang tidak berbunga akibat panjang hari normal dan tanamanberbunga akibat penambahan cahaya empat jam, pukul 18.00-22.00 mulaiumur 30 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 5perlakuan, yaitu B 0 (tanaman berbunga dibiarkan), B 1 (tanaman berbungadipotong bunganya), B 2 (tanaman berbunga diletakkan pada kondisinormal), B 3  (tanaman tidak berbunga dibiarkan), dan B 4 (tanaman tidakberbunga dipotong pucuk). Hasil penelitian menunjukkan bahwapemotongan bunga meningkatkan mentol dan menekan menthofuran.Penghentian penambahan cahaya 4 jam pada tanaman berbungamenjadikan tanaman merunduk, kadar mentol menurun dan menthofuranmeningkat. Pemotongan pucuk dapat menurunkan kandungan mentol danmeningkatkan kandungan menthofuran.Kata kunci : Mentha, Mentha piperita L., pemotongan bunga, pucuk,pencahayaan, kandungan mentol, kandungan menthofuranABSTRACTThe effect of inflorescent pinching , bud pinching, andnormal light period on peppermint (Mentha piperita L)Experiment on the effect of pinching the inflorescent, pinching thebud, and normal light period on peppermint (Mentha piperita L) wascarried out at the experimental garden Lembang of Research Institute forSpice and Medicinal Crops, West Java, from January to July, 2000. Thestudy was conducted with two steps i.e. The first step was manipulation ofphoto period using TL lamps and the second step was distillation andanalisis of peppermint oil from their products with gas chromatographyand mass spectrometry. The experiment, 5 treatments were given i.e.using long day treated plants, 3 treatments are given i.e. control, pinchingthe inflorescent and with holding light supplement (four hours lightsupplement at the age of 30 days), and using control plants, 2 treamentsare given i.e. no pinching and pinching of terminal bud (control or normallight period). The result showed that pinching the inflorescent elevate thementhol and reduce the menthofuran content. Pinching the bud of nonflowering plants can reduce the menthol and increase the menthofurancontent.Key words : Peppermint, Mentha piperita L, inflorescent pinching, bud,pinching, light period, menthol content, menthofuran content
PENCUCIAN DAN SERAPAN HARA LADA PERDU (Piper nigrum L.) PADA BERBAGAI TINGKAT DAN FREKUENSI PEMBERIAN AIR PASRIL WAHID; M. SYAKIR; HERMANTO HERMANTO; E. SURMAINI; J. PITONO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n1.2005.13-18

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian harapada berbagai tingkat dan frekuensi pemberian air terhadap pertumbuhandan produksi lada perdu. Penelitian dilakukan di rumah atap InstalasiPenelitian Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, tahun1996-1998. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pot drum 40 liter.Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok berukuran 6tanaman/petak yang diulang 3 kali. Terdapat 2 faktor yang diuji yaitukombinasi dari tingkat dan frekuensi pemberian air dan faktor keduaadalah takaran hara NPK Mg 12-12-17-2. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemberian air 21 mm/2 hari, setara dengan curah hujan 3.780 mmper tahun dengan pemberian pupuk 400 g NPKMg 12-12-17-2 pertanaman per tahun menghasilkan pertumbuhan terbaik dan produksitertinggi yaitu 42,7 g/tanaman pada produksi tahun pertama dan 171,2g/tanaman pada tahun produksi kedua. Ini berarti dengan jarak tanam1,25 x 1,25 m telah mampu dicapai hasil lebih dari 1,09 ton/ha. Tingkatpencucian hara makro tertinggi terjadi pada perlakuan pemberian air 21mm/2hari dengan agihan pemupukan 600g/tanaman/tahun.Kata kunci : Lada perdu, Piper nigrum L., pemupukan, pemberian air,produksiABSTRACTNutrient leaching and intake in bushy pepper (Pipernigrum L.) at different rates and frequency of wateringThe objective of the research was to find out the effect offertilizing at different rates and frequency of watering on the growth andyield of bushy pepper. The research was done at a shading house ofCimanggu Experimental Farm, Indonesian Spices and Medicinal CropsResearch Institute in 1996 – 1998. Bushy pepper was planted in acontainer of 40 litre in Cimanggu Instalation. The research used arandomized block design with 3 replication, 6 plants/ plot. There weretwo factors studied in the research i.e. the combination of the rate andfrequency of watering, and the rate of NPK Mg 12-12-7-2. The resultsshowed that watering at 21 ml in 2 days, equals to 3780 mm rainfall, withthe application of 400 g NPK Mg 12-12-17-2 per plant gave the bestgrowth performance and the highest yield of pepper 42.7 g/vine at the 1 styear and 171.2 g/vine at the 2 nd year. It means that at the plant spacing of1.25 x 1.25 m the plants can produce 1.09 tones/ha. The highest nutrientleached happened at the treatment of watering of 21 mm/2days withfertilizer application 600 g/vine.Key words: Bushy pepper, Piper nigrum L., fertilizing, watering,growth, production

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue